Aturan IMEI Bikin Peminat iPhone 11 di Indonesia Rela Menunggu
JAKARTA, KOMPAS.com – Aturan pemblokiran ponsel black market (BM) melalui skema IMEI yang baru disahkan Oktober lalu, mulai berpengaruh ke konsumen. Salah satu buktinya adalah fanboy Apple, atau penggemar berat produk-produk Apple di Indonesia, yang memilih rela menunggu untuk membeli iPhone 11 secara resmi di Tanah Air, ketimbang negara tetangga seperti Singapura yang lebih dahulu.
“Terus terang dengan aturan IMEI itu, cukup bikin khawatir untuk membeli (iPhone) dari luar,” aku Yulius, salah satu 10 pengantre pertama iPhone 11 saat penjualan perdana di iBox Central Park Mall, Jakarta Barat, Jumat (6/12/2019).
Hal yang sama juga diakui penyanyi Andien Aisyah yang juga ikut meramaikan penjualan perdana iPhone 11, iPhone 11 Pro, dan iPhone 11 Pro Max di Indonesia.
Andien mengatakan ia tetap sabar menunggu penjualan perdana iPhone di Indonesia, meskipun telat beberapa bulan dari negara-negara lainnya. Sebab, beberapa temannya sempat memberikan informasi soal pemblokiran ponsel dari luar negeri, apabila nomor IMEI-nya tidak terdaftar.
“Jadi kalau buatku kayaknya lebih aman beli di Indonesia,” kata Andien sambil mengenggam iPhone 11 Pro Max varian 512 GB baru miliknya. Menurut Djatmiko Wardoyo, Direktur Marketing Komunikasi PT Erajaya Swasembada Tbk, aturan IMEI yang rencananya baru akan berlaku 18 April 2020 mulai terasa dampaknya.
Buktinya, menurut pria yang akrab disapa Koko itu, adalah penjualan perdana iPhone 11 yang diklaim cukup positif. “Menurut saya itu salah satu indikasi,” kata Koko.
Koko mengklaim pada penjualan perdana trio iPhone 11 yang dilakukan di beberapa jaringan retail Erajaya di seluruh Indonesia, ramai dikerubungi calon pembeli.
“Hampir di semua iBox di Grand Indonesia antreannya mengular, iBox di Senayan City juga panjang, di Bali juga sudah tembus beberapa puluh unit,” klaim Koko tanpa menyebutkan detail angka unit yang telah terjual.
Tidak hanya di penjualan iPhone, dampak aturan IMEI juga mulai terasa di keseluruhan industri smartphone. Koko menuturkan, saat ini, para dealer atau pedagang ponsel mulai mempertimbangkan untuk mengurangi stok ponsel BM.
“Mereka tidak mau nantinya dikomplain konsumen yang terlanjur membeli (ponsel BM),” pungkas Koko.